Tuesday, 8 March 2011

Pembukaan

PEMBUKAAN

Islam adalah agama dengan banyak hukum, ritual-ritual, kewajiban-kewajiban, iman, kekuasaan dan teritori. Cara seorang Muslim memandang dunia dan nilai-nilai yang dianutnya berasal dari prinsip-prinsip dasar Islam ini, sama halnya dengan cara seorang Kristen memandang dunia dan nilai-nilai yang dianut seorang Kristen juga berasal dari spiritualitas Kristen.

Buku ini bertujuan untuk menolong orang-orang Kristen di Barat untuk memahami Islam dan tantangan yang diberikan dengan adanya kebangkitan Islam di Barat terhadap Gereja dan misinya. Mengingat tantangan-tantangan ini mempengaruhi individu-individu Kristen tidak hanya sebagai orang Kristen namun juga sebagai anggota masyarakat, buku ini terutama akan terfokus pada tantangan Islam terhadap hidup, kerja dan kesaksian Tubuh Kristus.[1]

Buku ini ditulis dalam konteks Barat dimana orang-orang Kristen telah mengalami banyak kehilangan keyakinan diri, ditambah dengan kebingungan, ketidakpastian, bahkan kadangkala malu. Konteks ini adalah hasil dari sebuah proses yang nyata terbukti setelah akhir Perang Dunia Kedua, sebuah proses dimana individualisme, utilitarianisme, materialisme dan hedonisme perlahan-lahan mulai menonjol dan memberikan pengaruh. Sementara itu, kewajiban, loyalitas bahkan kekristenan itu sendiri semakin menjadi bahan olokan. Kekosongan yang ditinggalkan oleh kegagalan kekristenan pertama-tama diisi oleh humanisme sekuler, namun kemudian Islam berhasil mendapatkan banyak pengikut dari kalangan orang-orang yang menderita kelaparan rohani, yaitu mereka yang mencari-cari keyakinan apa untuk dianut.

Ada semakin banyak kelompok Islam radikal yang menyatukan kekuatan dengan pergerakan-pergerakan ateis tradisional seperti garis Kiri yang juga anti globalisasi, sentimen-sentimen anti kapitalisme dan kebencian mereka yang mendalam pada demokrasi liberal Barat. Sekutu ketiga untuk rekanan Islamis Ekstrim Kiri adalah Kristen liberal.

Pada saat yang sama ada peningkatan rasa malu di kalangan orang Barat kulit putih, terutama orang-orang Inggris, yang telah diajari untuk percaya pada keburukan Kerajaan Inggris. Mereka merasa bahwa mereka tidak dapat melakukan hal yang benar, dan percaya bahwa oleh karena “dosa-dosa” generasi terdahulu (seperti kolonialisme dan Perang Salib), mereka telah kehilangan hak bahkan untuk mengomentari budaya atau agama orang lain. Dengan demikian, dalam persiapan peringatan menjelang dua abad penghapusan perdagangan budak pada 2007 oleh Parlemen Inggris, Gereja Inggris di bawah kepemimpinan Uskup Agung Canterburry, mengeluarkan pernyataan permohonan maaf kepada keturunan para korban perdagangan budak, namun sama sekali tidak menyebutkan kemenangan abolisi.

Rasa malu yang sedemikian besar ini, dan merasa tidak pantas untuk mengkritik orang-orang bukan Barat, dapat menjadi satu alasan (hingga saat ini) mengapa hanya sedikit sekali orang Inggris yang mengkritik kelompok radikal dan aspek-aspek yang kejam dalam Islam.

Di Amerika Serikat masalahnya bukanlah rasa malu dan hilangnya keyakinan diri seperti yang terjadi di Inggris dan beberapa bagian Eropa, namun meningkatnya kepatutan politis. Multikulturalisme yang dibangun dengan kokoh menentang pengakuan atau penetapan budaya umum apapun yang terlalu erat berkaitan dengan sejarah dan nilai-nilai kelompok mayoritas, dan terutama yang berakar dalam konsep-konsep tradisional Yudeo-Kristen mengenai moralitas dan nalar. Aspek selanjutnya adalah bagaimana identitas kulit hitam yang semakin membaur dengan sejenis Islam yang baru, yang diyakini oleh banyak orang Muslim ortodoks sebagai aliran sesat, yaitu Nation of Islam (Kebangsaan Islam).

Tuduhan Islamofobia seringkali dilontarkan kepada mereka yang memperhatikan aspek-aspek Islam yang tidak sesuai dengan standar-standar modern hak azasi manusia dan sebagainya. Sangat penting untuk mengetahui perbedaan antara Islam sebagai ideologi religius dan orang-orang Muslim, yaitu mereka yang menganut Islam. Walaupun hal itu mungkin dilakukan, dan dalam situasi tertentu kita perlu memperhatikan aspek-aspek negatif suatu ideologi religius, sikap orang Kristen kepada orang Muslim sebagai sesama manusia haruslah selalu diwarnai dengan kasih, belas kasihan dan kepedulian.

Penting juga untuk menyadari bahwa semua agama, termasuk kekristenan, telah disalahgunakan oleh para penganutnya di berbagai tempat dan waktu. Kita harus mengakui bahwa kekejaman dan ketidakadilan juga telah dilakukan dalam nama Kristus, dan kita harus menghindari jurang membandingkan gagasan-gagasan indah dari suatu keyakinan dengan praktek-praktek keyakinan lain yang kurang dari sempurna.

Walaupun Islam pada dasarnya bersifat totaliter dan perbedaan pendapat jarang diijinkan, secara paradoks selalu ada banyak keragaman opini dalam Islam, dan sejumlah besar perpecahan karena tidak adanya sikap toleransi menyebabkan munculnya sekte-sekte dan kegerakan-kegerakan yang baru. Walaupun demikian, ada inti ortodoksi yang sangat mudah untuk dikenali, dan “standar” dalam Islam inilah yang akan menjadi fokus utama kita. Secara singkat kita juga akan melihat perbedaan-perbedaan antara kelompok-kelompok besar dan tren-tren dalam Islam.

Islam mempunyai banyak sisi yang tidak sama dengan agama manapun. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara yang sakral dengan yang sekuler, atau antara spiritual dan material. Islam mencakup aspek-aspek sosial, legal, kultural, dalam hidup, bahkan aspek politik dan militer. Oleh karena itu, ada masalah serius berkenaan dengan pemahaman sehubungan dengan upaya pendekatan orang Kristen kepada Islam; banyak istilah yang identik yang digunakan kedua agama ini, memberikan kesan adanya kemiripan besar dalam proses-proses pemikiran, namun maknanya sangat jauh berbeda.

Orang-orang Kristen yang berusaha untuk melakukan dialog dengan orang Muslim harus memahami inti ortodoksi ini dan kesatuan yang terkandung di dalam agama Islam. Tahun-tahun belakangan ini kita telah menyaksikan kebangkitan pendekatan fenomenal terhadap agama-agama lain, yang berupaya mencari kesamaan antara agama-agama yang berbeda seperti orang-orang suci, tempat-tempat suci atau benda-benda suci. Pendekatan semacam ini tidak cocok dengan Islam. Fokus pada aspek-aspek fenomena religius dalam Islam yang kelihatannya biasa dalam kekristenan, tidak akan membawa kepada pemahaman yang tepat mengenai Islam. Oleh karena itu buku ini berusaha melihat Islam melalui mata seorang Muslim, yaitu melihat keseluruhannya dan bukan bagian-bagian yang terpisah. Saat menguji kemajemukan isu, setiap isu yang ada harus dipahami dalam terang keseluruhan sistem, yaitu Islam.

Kita telah menyadari pentingnya membedakan Islam sebagai agama, yang bukan hanya merupakan sebuah keyakinan namun juga yang berusaha mendapatkan kekuasaan politis dan wilayah, dengan orang-orang Muslim yang adalah penganut agama tersebut. Orang-orang Muslim sama seperti semua manusia lainnya di bumi ini, dicptakan dalam citra Tuhan. Mereka dikasihi Tuhan dan juga harus dikasihi oleh orang Kristen. Kita dipanggil untuk mengasihi musuh-musuh kita dan mendoakan orang-orang yang menganiaya kita (Matius 5:44). Tidak boleh ada tempat untuk kebencian dan ketakutan dalam hubungan kita dengan orang Muslim. Lebih jauh lagi, sebagai orang Kristen kita mempunyai mandat ilahi untuk bersaksi pada orang Muslim mengenai karya penyelamatan yang dikerjakan Tuhan kita Yesus Kristus, yang telah mati tidak hanya untuk kita tapi juga untuk mereka. Ini kita lakukan dengan kasih Kristus, seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa...satu orang sudah mati untuk semua orang” (2 Korintus 5:14). Diharapkan buku ini tidak hanya menolong untuk memahami Islam sebagai sebuah agama tapi juga bertindak sebagai ujung tombak kesaksian kita kepada orang-orang Muslim yang sangat membutuhkan Sang Juruselamat.



[1] For more information on the societal challenge which Islam poses in the West, see (1) Islam in Britain: The British Muslim Community in February 2005 A report by the Institute for the Study of Islam and Christianity (Pewsey, UK: Isaac Publishing, 2005); (2) Patrick Sookhdeo, Faith, Power and Territory: A Handbook of British Islam (McLean, VA: Isaac Publishing, 2008)

No comments:

Post a Comment